Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi
yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh
sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang
untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Disonansi adalah sebutan ketidakseimbangan dan konsonansi
adalah sebutan untuk keseimbangan. Brown menyatakan teori ini memungkinkan dua
elemen untuk melihat tiga hubungan yang berbeda satu sama lain. Mungkin saja
konsonan (consonant), disonansi (dissoanant), atau tidak relevan (irrelevan).
Hubungan konsonan(consonant relationship) ada antara dua
elemen ketika dua elemen tersebut pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan
disonansi(dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang
satu dengan lainnya
Hubungan tidak relevan(irrelevan relationship) ada ketika
elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain. Pentingnya
disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan
Festinger bahwa ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong
terjadinya perubahan.
Asumsi
Teori disonansi kognitif adalah menjelaskan mengenai
keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek
inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. 4 asumsi dasar dari teori ini:
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan
perilakunya.. Penjelasan: menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari
manusia yang mementingkan adalnya stabilitas dan konsistensi. Teori ini
menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan
keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka akan mencari konsistensi.
Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Penjelasan:
berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak
berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sevaliknya teori ini merujuk pada
fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara
psikologis(dibandingkan tidak konsisten secara logis).
Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang
untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Penjelasan:
menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi
tercipta menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang tidak senang berada dalam
keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman.
Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan
usaha untuk mengurangi disonansi Penjelasan: untuk menghindari situasi yang menciptakan
inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia yang membingkai teori ini adalah sifat
dimana manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan
yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak
konsisten.
Sumber
TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL - disusun oleh - ¨
Innas Hasna Haifa ¨ Rico A.L.Tuerah ¨ Miranti Octaviona ¨ Nadya Salma Zafirah ¨
Ochi Jayanti ¨ Raisha Khairunnisa ¨ Rumondang Rahel ¨ Clarinta Montmorency ¨
Rangga Bramanditya ¨ [ H u m a s B 2 0 0 9 ]
Contoh Kasus
Benjamin Franklin adalah presiden Amerika Serikat ke-6, sebelumnya juga menjabat sebagai mentri keuangan pertama serta tokoh pendiri negara tersebut.
Temuan Benjamin Franklin
dalam suatu waktu pernah menyatakan bahwa dirinya pernah melecehkan salah satu anggota parlemen Pennsylvania, di lain kesempatan dilema itu datang, Franklin harus meminjam buku langka yang dimiliki oleh anggota parlemen tersebut. Benjamin Franklin berupaya menenagkan dirinya, dan bertanya apakah dirinya dapat meminjam buku tersebut, dan Franklin mengucapkan terima kasih.sejak itulah Benjamin Franklin dan anggotaparlemn tersebut bersahabat hingga anggota parlemen tersebut tutup usia.
Benjamin Franklin mengansumsikan bahwa apabila kita meminta bantuan kepada orang lain, dan mengucapkan terima kasih, maka orang tersebut akan sedianya membantu kita untuk hal lain yang lebih besar di masa depan, hal ini jauh lebih baik dibangingkan kita menawarkan bantuan kepada mereka.
sumber gambar :
http://en.wikipedia.org/wiki/BenjaminFranklin
Teori Dinsonansi Kognitif Pada The Benjamin Franklin Effects
Knox dan inkster (1979) mengatakan bahwa presepsi yang terjadi pada Benjamin Franklin pada saat itu merupakan salah satu bagian dari teori disonansi kognitif, yakni manusia cendrung merubah sikap atau prilaku untuk menguasai atau menenagkan tensi atau disonansi terhadap pikiran, sikap, dan tindakan.
Penggunaan The Binjamin Effects
Dale Carnagie (1936) dalam bukunya ”How to Win Friend and Influence People”, mengatakan
bahwa apabila kita meminta bantuan kepada kolega kita itu
menunjukkan bahwa mereka memilikiapa yang tidak kita miliki, dapat berupa kemampuan, keahlian, sumber daya atau apapun. hal tersebut merupakan sebuah cara untuk menjukan pengkuan, kekaguman, atau respek, sesuatu yang mungkin belum pernah mereka sadari dari diri kita sebelumnya. hal ini jua menumbuhkan opini mereka tentang kita dan membuat mereka membantu anda di lain kesempatan karena kebuutuhan untuk di kagumi dan mereka akan mulai menyukai atau cocok deengan anda.
Kesimpulan
kebutuhan tenang pertologan atau bantuan terasa sangat berarti bagi kita, namun kebutuhan akan pengakuan, perasaan dikagumi dan perasaan di butuhkan jauh lebih tinggi bagi oorang lain, hal ini yang dapat menyebabkanorangg dengan ikhlas dan sadar membantu sesuai dengan teori disonansi kognitif sebagai input seperti dilakukan oleh Benjamin Franklin, hal tersebut ditangkap secara sadar oleh resepiens sebagai sebuah penghargaan atass dirinya, maka persahabatan adalah outputnya.
sumber:
Referensi Carnegie, Dale (1964). How to Win Friend and
Influence People. Copyright renewed by Donna Dale
Carnegie and Dorothy Carnegie. New York : Simon & Schuster. Jecker, J. & Landy, D. (1969). Liking a Person as Function of Doing Him a Favor. Human Relations. 22, pp.
371‐378. Knox, R.E. & Inkster, J.A. (1968). Postdecision dissonance at Post Time.