Kamis, 21 Maret 2013

TEORI SOSIOMETRIS MORENO

Sosiometris dapat diartikan sebagai pendekatan metodologis terhadap kelompok-kelompok yang diciptakan mula-mula oleh Moreno dan kemudian dikembangbangkan oleh Jennings dan oleh yang lainnya. Pada dasarnya teori ini berhubungan dengan “daya tarik” (attraction) dan “penolakan” (repulsions)yang dirasakan oleh individu-individu terhadap satu sama lain serta implikasi perasaan-perasaan ini bagi pembentukan dan struktur kelompok.
Meskipun sosiometris tidak langsung berke[entingan dengan komunikasi, struktur sosiometris dari suatu kelompok tidak dapat disangkal berhubungan dengan beberapa hal yang terjadi dalam komunikasi kelompok. Cukup masuk akal untuk menganggap bahwa individu yang merasa tertarik satu sama lain dan yang saling menempatkan diri pada peringkat yang tinggi akan lebih suka berkomunikasi sedemikian rupa sehingga membedakan mereka dari berkomunikasi anggota-anggota kelompok yang saling membenci. 


Contoh :
Karena memiliki kesamaan selera dan minat, maka beberapa orang memutuskan untuk membuat suatu kelompok ataupun perkumpulan. Sebaliknya, jika tidak memiliki kesamaan, maka orang akan menolak untuk membuat kelompok.

TEORI A-B-X NEWCOMB

Model Newcomb merupakan salah satu model yang memperkenalkan kita pada bentuk yang secara mendasar berbeda. Model ini bentuknya segitiga. Namun, signifikansi utama model ini terkait dengan kenyataan bahwa ini merupakan model pertama yang memperkenalkan pada peran komunikasi dalam suatu masyarakat atau dalam relasi sosial. Bagi Newcomb, peran itu sederhana saja – menjaga keseimbangan dalam sistem sosial.
 
 
 
Komponen minimal sistem ABX adalah sebagai berikut:
Image 
 
 
 
  1. Orientasi A terhadap X termasuk sikap baik terhadap X sebagai objek untuk didekati atau dihindarkan maupun terhadap ciri-ciri kognitif.
  2. Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama.
  3. Orientasi B terhadap X.
  4. Orientasi B terhadap A.
 
Dalam model ini, komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif di mana orang-orang mengorientasikan dirinya terhadap lingkungan. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem apapun mungkin ditandai oleh suatu keseimbangan kekuatan-kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian mana pun dari sistem tersebut akan menimbulkan suatu ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.
 
Cara kerja model ini adalah sebagai berikut: A dan B adalah komunikator dan penerima, mereka bisa saja para individu, atau manajemen dan serikat kerja, atau pemerintah dan rakyat. X adalah bagian dari lingkungan sosial mereka. ABX adalah sebuah sistem, yang berarti relasi internalnya saling bergantung: Bila A berubah, maka B dan X pun akan berubah; atau bila A merubah relasinya pada X, maka B pun akan mengubah relasinya baik pada X maupun pada A.
 
Bila A dan B adalah sahabat, dan X adalah sesuatu atau seseorang yang dikenal keduanya, maka akan menjadi penting A dan B memiliki sikap yang mirip terhadap X. Bila itu yang terjadi, maka sistem akan berada dalam keseimbangan. Namun bila A menyukai B sedangkan B sebaliknya pada A, maka A dan B akan berada di bawah tekanan untuk berkomunikasi. Hal yang sangat penting adalah tempat X di dalam lingkungan sosialnya, dan yang mendesak adalah dorongan keduanya untuk berbagi orientasi terhadapnya.
 
Contoh lain dalam penerapan model ini: bila seorang pria yang memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang menurut sebagian orang kurang pantas baginya, terus saja meminta pendapat orang-orang lain yang kira-kira mendukung keputusannya itu dan menghindari pendapat yang bertentangan.
 
 Teori ini dirumuskan oleh Fritz Heider dalam bukunya The Psycology of Interpesonal Relations. Teori tersebut diuraikan kembali oleh GoldBerg dan larson (1985:49). Ruang lingkup Teori Kesimbangan dari Heider ialah hubungan-hubungan antarpribadi. Teori ini berusaha menerengkan bagaimana individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial, misalnya sebagai suatu kelompok cenderung untuk menjalin hubungan satu sama. Tentunya salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan, ialah dengan menjalin komunikasi secara terbuka. Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan intra-pribadi yang berfungsi sebagai daya tarik. Mnurut teori ini, berbagai perasaan positif dan negatif yg dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain.

Contoh kasus : A dan B menjalin hubungan pertemanan dengan baik dan cukup dekat. Menurut A, B adalah orang yang sangat baik dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam berteman. Sedangkan menurut B, A adalah orang yang sangat egois dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

TEORI SISTEM A-B-X DARI NEWCOMB

Sistem A-B-X dari Newcomb merupakan perluasan dari teori intrapribadi dari Heider yang terjadi antara anggota kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang. Model ini mengandung 3 unsur, yaitu A dan B yang mewakili 2 orang anggota kelompok dan X sebagai objek pembicaraan (komunikasi). Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat dijelaskan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan antara satu sama lain dan juga terhadap X. Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi pada B, pada X dan orientasi B pada X. Untuk mencari keadaan yang simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B pada X dan ini dilakukan melalui interaksi. A mungkin terdorong untuk mempengaruhi orientasi B pada X apabila menemukan keadaan yang tidak seimbang diantara mereka. Dan sebaliknya B pun terdorong untuk mempengaruhi orientasi A. Besar pengaruh A dan B terhadap satu sama lain dan kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat daya tarik.

Contoh kasus : A dan B sedang membicarakan tentang kegunaan Blackberry serta kekurangan dan kelebihannya. B berpersepsi bahwa Blackberry adalah smartphone terbaik di dunia dan B pun sudah menggunakan gadget tersebut selama 1 tahun lebih. Kemudian A mencari informasi tentang Blackberry dan A menyampaikan pada B bahwa Blackberry bukannya smartphone terbaik di dunia, kebanyakan pengguna Blackberry hanya memanfaatkan aplikasi Blackberry Messeger nya saja dan menurut A smartphoneterbaik adalah iPhone. Lalu B mengatakan tidak hanya aplikasi tersebut yang di gunakan, ada pun aplikasi untuk mengirim Email dengan cepat. Sehingga A dan B saling mempengaruhi tentang persepsi mereka tentang Blackberry dan mereka saling meningkatkan keadaan simetris mereka.

Sumber : TEORI KOMUNIKASI (Perspektif, Ragam, dan Aplikasi) oleh H. Syaiful Rohim, M.Si.

 
 
 
 
 

TEORI KESEIMBANGAN HAIDER

Teori Keseimbangan ( heider) nama tokoh

Ruang lingkup teori keseimbangan (balance theory) dari Heider adalah mengenai hubungan-hubungan antarpribadi. Teori ini berusaha menerangkan bagaimana individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial (misalnya sebagai suatu kelompok) cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain.
Teori Heider memusatkan perhatiannya pada hubungan intra-pribadi (intrapersonal) yang berfungsi sebagai “daya tarik”, yaitu semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain.
Teori Heider merupakan penjelasan yang sangat menarik tentang gejala-gejala kelompok dan menyediakan bagi para sarjana komunikasi beberapa cara yang bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai hubungan dengan kejadian-kejadian intra-pribadi yang berkaitan dengan dimensi-dimensi struktural dari perasaan suka. Teori ini mungkin juga bermanfaat untuk menerangkan beberapa kehadiran komunikasi terbuka di dalam kelompok, walau tidak secara langsung berhubungan dengan tingkah laku pesan. 


Contoh :
Wahyu suka menonton acara bola dan tidak suka gosip namun Ais suka nonton gosip dan tidak suka bola. Mereka berdua berpacaran, dan saling menyanyangi. Mereka berdua merasa saling tidak ingin kehilangan satu sama lain. Jika salah satu dari mereka tidak merubah sikapnya, maka akan timbul tidak keseimbangan diantara mereka.  

Pengertian :
Teori keseimbangan beranggapan bahwa ada tiga cara agar seseorang merasa seimbang. Pertama, komunikator dan komunikan bisa saja tidak menyukai sesuatu namun pada dasarnya mereka saling menyukai, jadi mereka pada dasarnya menyukai perbedaan tersebut. Kedua, komunikan dan komunikator bisa memiliki sikap positif mengenai suatu objek atau gagasan dan bisa saling berdiskusi mengenai sisi positif itu. Ketiga, komunikator dan komunikan bisa saja tidak setuju mengenai gagasannya tersebut dan juga mereka tidak saling suka, namun mereka bisa memperoleh informasi mengapa orang lain tidak menyukai objek atau gagasan tersebut. Artinya sebagai kritik membangun bagi masing-masing pihak.

Makna isi :
Teori keseimbangan adalah teori dari aliran humanistik. Epistemologi aliran ini menganggap bahwa tidak ada teori yang memiliki kebenaran yang mutlak dalam memprediksi manusia (multiple truths). Ontologi aliran ini mengambarkan bahwa manusia bersikap aktif dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sesuai dengan apa yang disukai maupun yang tidak disukainya. Aksiologi aliran ini menganggap bahwa nilai-nilai yang tertanam pada seseorang turut mempengaruhi sikapnya dalam berperilaku. Penelitian dalam aliran ini lebih bersifat subjektif. 

TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK

Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok


      
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan sehari-hari.

      Melalui kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.

      Kelompok Primer : Keluarga.

      Kelompok Sekunder : sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok-kelompok lainnya yang sesuai minat dan ketertarikan kita.

Pengertian Komunikasi Kelompok Michael Burgoon dan Michael Ruffner :

            Komunikasi Kelompok sebagai interaksi tatap muka dari 3 atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

Ada 4 (empat) elemen yang tercakup dalam defenisi tersebut :

Interaksi Tatap Muka

Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi

Maksud dan tujuan yang dikehendaki.


Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

3 (Tiga) Kategori Norma Kelompok

1)      Norma Sosial, mengatur hubungan diantara para anggota kelompok.

2)      Norma Prosedural, mengurai secara rinci bagaimana kelompok beroperasi.

3)      Norma Tugas, memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan.



Fungsi Komunikasi Kelompok

1)      Fungsi Hubungan Sosial : perekat sosial antar anggota kelompok.

2)      Fungsi Pendidikan : alat pertukaran pengetahuan dan pengalaman

3)      Fungsi Persuasi : melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

4)      Fungsi untuk memecahkan masalah atau membuat keputusan.

5)      Fungsi terapi seperti pada kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkoba dan lain-lain.



KOMUNIKASI KELOMPOK DALAM PERSPEKTIF TEORITIS



1. TEORI PERBANDINGAN SOSIAL

Teori Perbandingan Sosial (Social Comparison Theory) Tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat, dan kemampuannya dengan individu-individu lainnya.

Dalam teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami  peningkatan, jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu  kejadian atau peristiwa; kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut  meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga  menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah keputusan kelompok dibuat,  para anggota kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat individu-individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut. 

Teori perbandingan sosial ini diupayakan untuk dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami peningkatan atau penurunan.

Teori Percakapan Sosial
  
TEORI PERCAKAPAN KELOMPOK 
Kelompok (Group Achievement Theory) Teori percakapan kelompok sangat berkaitan erat dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member inputs), variabel-variabel yang perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output).



Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan  (expectations) yang bersifat individual. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari kelompok sperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok.



Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Perilaku, interaksi, dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal struktur formal dan striktur peran (mediating variables) yang sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat, dan keterpaduan (group echievement).


 Sumber :
-Teori Komunikasi, S.Djuarsa Sendjadja, Ph.d.,dkk. Universitas Terbuka
 -Teori komunikasi, Perspektif ragam & aplikasi, H.Syaiful Rohim, M.Si.
c 

contoh kasus
      menemukan fakta menarik bahwa banyak peristiwa penting yang berdampak luas disebabkan oleh keputusan sekelompok kecil orang, yang mengabaikan informasi dari luar mereka. Misalnya dalam peristiwa Pearl Harbour (1941), keputusan fatal diambil karena mengabaikan informasi penting intelejen sebelumnya. Minggu-minggu menjelang penyerangan Pearl Harbour di bulan Desember 1941 yang menyebabkan Amerika Serikat terlibat Perang Dunia II, komandan-komandan militer di Hawaii sebetulnya telah menerima laporan intelejen tentang persiapan Jepang untuk menyerang Amerika Serikat di suatu tempat di Pasifik. Akan tetapi para komandan memutuskan untuk mengabaikan informasi itu. Akibatnya, Pearl Harbour sama sekali tidak siap untuk diserang. Tanda bahaya tidak dibunyikan sebelum bom-bom mulai meledak. Walhasil, perang mengakibatkan 18 kapal tenggelam, 170 pesawat udara hancur dan 3700 orang meninggal. Berdasarkan gejala-gejala yang ada, umumnya kelompok yang memiliki semangkin banyak gejala yang ada ia akan semakin tidak baik. Para anggota kelompok akan memberikan penilaian yang berlebihan terhadap kelompoknya seperti kelompoknyalah yang paling benar. Selain itu kelompok pemikiran individu akan tertutup oleh pemikiran kelompok. Ketika suatu kelompok memiliki pikiran yang tertutup, kelompok ini tidak akan mengindahkan pengaruh-pengaruh dari keluar kelompok. Akan selalu ada tekanan untuk mencapai keseragaman, adanya ilusi bahwa akan adanya kebulatan suara meskipun pada dasarnya ada di antara kelompok yang tidak mendukung. Untuk mengatasi gejala-gejala pemikiran kelompok seperti itu adalah dengan lebih banyak berpikir sebelum bertindak. Banyak contoh kasus peristiwa komunikasi yang bisa dilihat dari teori ini diantaranya adalah: ngototnya kepengurusan PSSI yang dipimpin oleh Nurdin Halid untuk tidak mau mundur dari PSSI. Kelompok pendukungnya akan selalu memiliki argumen-argumen yang selalu dilandasi oleh pemikiran kelompok.



Rabu, 20 Maret 2013

TEORI PERBANDINGAN

TEORI PERBANDINGAN SOSIAL (FESTINGER)
             
Dalam teori perbandingan sosial membedakan antara kenyataan fisik dengan kenyataan sosial. Apabila pendapat, sikap, dan keyakinan kita dapat di ukur secara fisik , berarti kita berhubungan dengan kenyataan fisik, sehingga kita tidaak perlu lagi berkomunikasi. Akan tetapi bila pendapat, sikap atau keyakinan kita tidak di dasarkan pada kejadian mudah di ukur, dan kalau dapat di temukan bukti-bukti yang mendukung atau mungkin membantah pendapat serta sikap keyakinan tersebut, maka kita berhubungan dengan keadaan sosial, dan ini dapat di ukur dengan secara baik, baik dengan cara berkomunikasi dengan orang lain yang kita anggap penting bagi kita. Jadi komunikasi klompok setiap kali timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan individu-individu untuk membandingkan pendapat, sikap, keyakinan  dan kemampuan mereka sendiri dengan orang lain
 
Menurut pendapat FESTINGER, dorongan yang kita rasakan untuk berkomunikasi tentang suatu kejadian dengan anggota lain dalam kelompok akan meningkat bila kita menyadari bahwa kita tidak setuju dengan suatu kejadian, apabila kejadian itu menjadi sangat lah penting dan apabila sikap keterikatan kelompok juga meningkat, sebagai anggota kelompok , kita lebih cenderung mengarahkan komunikasi kita tentang suatu kejadian pada mereka yang kelihatanya paling setuju dengan kita dalam hal kejadian tersebut. Kita juga cenderung untuk mengurangi komunikasi dengan mereka yang kita tidak ingin lagi ikut serta sebagai anggota kelompok. Jika ternyata anggota kelompok yang menjadi sasaran penyampaian pendapat-pendapat kita menunjukan gejala akan berubah.
SOSIAL dari festinger di atas di sadur dari GOLDBERG dan LARSON (1985;52)
 
CONTOH KASUS
 
Contoh Perbandingan Sosial dalam Kehidupan
Perbandingan sosial dalam fenomena mengantri
Dalam pengamatan saya, saya melihat adanya kesempatan diantara para pengantri, untuk melakukan perbandingan sosial posisinya, dengan mereka yang ada dalam antrian yang sama. Setiap pengantri, akan merasakan mereka berada dalam situasi krisis, atau menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Perasaan harga diri dalam situasi semacam itu, ternyata dapat kembali ditegakkan, jika mereka dapat membandingkan diri dengan posisi pengantri lain yang lebih buruk. Jadi para pengantri, bukan hanya menghitung berapa orang lagi yang ada di depan, melainkan juga berapa orang yang juga masih antri di belakang.
Antri, ternyata memprovokasi penarikan perbandingan sosial. Karena dalam antrian, akan terlihat dengan jelas, siapa yang memiliki posisi lebih baik dan siapa lebih buruk. Manusia selalu cenderung membandingkan, dimana posisinya, dengan melihat mereka yang posisi sosialnya berada atas dan di bawah. Sama seperti antrian, siapa posisinya di depan dan siapa di belakang. Pengamatan saya menunjukkan, perbandingan posisi ini berlaku, jika antrian klasik terbentuk, yakni masing-masing pengantri berdisi pada posisi berbaris ke belakang. Jika antrian diatur dengan nomor, seperti di ruang tunggu dokter atau di rumah sakit, fenomena perbandingan posisi sosial tidak muncul.
   
TEORI PERTUKARAN SOSIAL (Kelly dan Tbibaut)
             
Dalam buku mereka yang berjudul "The Sosial Phichology of Groups" Thibaut dan Kelly (dalam Goldberg dan Larson, 1985:54) memusatkan perhatian terutama pada kelompok yang terdiri dari 2orang anggota atau lebih. mereka merasayakin bahwa usaha memahami tingkah laku yang kompleks dari kelompok-kelompok besar mungkin dapat di peroleh dengan cara menggali pola hubungan 2orang. meskipun penjelasan mereka tentang pola tingkah laku 2orang bukan sekedar suatu pembahasan tentang proses komunikasi dalam kelompok 2anggota , beberapa rumusan mereka mempunyai relefansi langsung dengan study tentang komunikasi kelompok
            Model kelly dan thibaut mendukung asumsi-asumsi yang di buat oleh humans dalam teorinya tentang proses pertukaran sosial, dimana interaksi manusia mencangkup pertukaran sosial dan mencangkup pertukaran barang dan jasa, dan tanggapan yang muncul dari individu lainnya berkaitan dengan imbalan dan pengeluaran. apabila imbalan tidak cukup, atau apabila pengeluaran melebihi imbalan, interaksi akan terhenti atau individu-individu yang terlibat di dalamnya akan mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan mencapai apa yang mereka cari , imbalan dan pengeluaran menentukan interaksi di antara individu-individu. interaksi akan tetap terpelihara apabila imbalan tidak di bawa kepuasan mereka
 
CONTOH KASUS
 
Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.
Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.
Sebuah ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada perceraian

Selasa, 19 Maret 2013

TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Teori pertukaran sosial merupakan salah satu penanda perkembangan penting dalam kancah teori sosiologi di Amerika, tahun 1950. Tokoh yang berperan dalam perkembangan teori ini yaitu George Homans, Peter Blau serta Richard Emerson. George Homans mempertegas teori ini dengan menerbitkan bukunya pada tahun 1961 yang berjudul "Social Behavior : Its Form Elementary" di mana ia menekankan dalam bukunya Pentingnya mengetahui tentang perilaku sosial. Homans merupakan tokoh psikologi sosial.

Teori pertukaran sosial yang dibangun oleh Homans ini tidak terlepas pemikirannya dari B.F Skinner seorang tokoh Behavioris Psikologis, ia sangat tertarik dengan proposisi yang coba di bangun oleh Skinner. Di mana Skinner menggambarkan bentuk interaksi dengan mencontohkan burung merpati. Dan Homans juga menghubungkan ini dengan sebuah fakta sosial yang pernah ia dapatkan pada saat melakukan studi tentang sosiologi kelompok kecil.

Di dalam buku Homans ia ingin melihat pola pemicu tindakan terjadinya interaksi (pertukaran) antaraktor hingga menghasilkan sebuah imbalan (dorongan), seperti apa sejarah Imbalan, dan kenapa manusia bekerja. karena Homans, menganggap "Orang terus melakukan hal-hal yang mereka anggap memberikan imbalan di masa lalu, begitu pun sebaliknya orang akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya ketika hal itu dianggap tidak menghasilkan apa-apa buat dirinya".

Peter Blau, coba mengembangkan teori ini lewat bukunya pada tahun 1964 "Exchange and powerin social life" di mana ia coba memahami relasi struktur sosial. meskipun pemikirannya diadopsi dari perspektif Homans namun Blau tetap memiliki pembeda tentang apa yang ia coba kembangkan seperti Blau menekankan pada struktural dan kultural. berbeda dengan Homans yang menekankan pada elemen-elemen perilaku sosial. Selanjutnya, Richard Emerson muncul sebagai tokoh sentral dalam sejarah teori ini di tahun 1981 di mana pusat kajiannya ditekankan untuk memahami interaksi mikro dan makro.

Sumber : Teori Sosiologi Modern, Ritzer
 
 
Tokoh - tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial
 
 
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan - hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.

Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya “Elementary Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :”Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi “. Proposisi ini secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : “Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali”. Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah “distributive justice” - aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip tersebut berbunyi ” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tingghi pengorbanan, makin tinggi imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan”.

Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.
 
Contoh Kasus
 
 Menganalisa Hubungan dengan Menggunakan Teori Pertukaran Sosial
Bagaimana hubungan anda dengan pasangan anda saat ini? Baikkah? Burukkah? Atau bahkan mengambang? Cobalah anda membaca teori-teori Hubungan Interpersonal khususnya Teori Pertukaran Sosial yang dikemukakan oleh J.W. Thibaut dan H.H. Kelley.

Thibaut dan Kelley adalah psikoanalist yang berkonsentrasi pada bidang psikologi sosial khususnya interpersonal relationship atau hubungan antar personal. Pada tahun 1959 mereka membuat buku yang berjudul The Social Psychology of Groups. Buku ini konsern menjelaskan analisa hubungan dyad atau antar dua orang. Cukup rumit sebenarnya jika kita membaca buku ini dengan detail. Namun saya mencoba mengambil sederhananya saja agar mudah dimengerti.

Ada 4 elemen dalam teori ini yang digunakan dalam menganalisa suatu hubungan yaitu, Rewards, Costs, Outcome, dan Comparison Level.

Rewards adalah elemen positif yang berguna meningkatkan nilai positif dalam sebuah hubungan. Contohnya ialah tingkah laku yang positif seperti menghargai, mendengarkan, memuji, dll. Sedangkan Costs ialah elemen negative yang bisa jadi dapat meretakkan hubungan. Seperti halnya dalam teori ekonomi, Cost merupakan biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu, dan bisa disebut juga Rugi. Contohnya ialah segala tingkah laku yang kurang menyenangkan seperti hal-hal yang memalukan, tidak menghargai, dll. Waktu dan usaha kita dalam menemui dan mendengarkan pasangan pun termasuk ke dalam cost.

Outcome ialah penggabungan nilai antara rewards dan costs. Misal nilai rewards lebih tinggi dari pada nilai costs (R > C), berarti outcome yang dihasilkan bagus. Itu artinya hubungan yang dijalankan cukup baik. Namun jika nilai rewards lebih rendah dari pada nilai costs (R < C), berarti outcome yang dihasilkan tidak begitu tinggi. Itu artinya hubungan yang dijalankan kurang bagus.

Lalu, Comparison Level. Elemen ialah standar komparasi (parameter) hubungan yang tengah kita jalani dengan hubungan kita yang lain sebagai pembanding. Elemen ini terbagi lagi atas 2 hal, yakni, Comparison Level (CL) dan Comparison Level for Alternative (CL alt). Dalam bukunya Thibaut dan Kelley menyatakan;

“In evaluating the adequacy of the sampled and anticipated outcomes of a relationship, the members of a dyad will have need for some kind of standard or criterion of the acceptability of outcomes. At least two important kind of standard for such an evaluation can be identified. To try to make the distinction between these two standards as intuitively clear as possible, we may begin by saying that the first of these, called the comparison level (or CL), is the standard against which the member evaluates the “attractiveness” of the relationship or how satisfactory it is. The second, called the comparison level for alternative (or CL alt), is the standard the member uses in deciding whether to remain in or to leave the relationship.” (Thibaut & Kelley 1959, 21)

Maksudnya ialah, CL digunakan untuk menganalisa seberapa tinggi kepuasan kita terhadap hubungan kita saat ini. Yang digunakan sebagai pembanding ialah hubungan kita di masa lalu (sebelum kita menjalin hubungan dengan teman kita saat ini). Misal, A dan B menjalin hubungan saat ini. Sebelumnya A dan B memiliki hubungan dengan orang lain. Maka, sebelumnya A dan B memiliki standar hubungan sendiri dalam mengharapkan dan menilai hubungannya sekarang. Jika hubungan A dan B dengan pasangan lain di masa lalu cukup baik, maka setidaknya mereka telah memiliki standar hubungan yang baik. Jika hubungan yang sekrang ini (antara A dan B) dirasa kurang baik, maka ada ketidakpuasan yang dirasakan mereka dalam hubungan ini. Namun jika hubungan yang sekarang lebih baik, maka itu melampaui standar nilai mereka. Dan mereka (A dan B) merasakan kepuasan, bahkan ini bisa dijadikan standar baru bagi mereka jika suatu ketika akan menjalani hubungan baru.

Sedang CL alt ialah komparasi hubungan dengan hubungan yang dimiliki dyad lainnya. Ini bisa menjadi sebuah pertimbangan apakah hubungan tersebut masih bisa dipertahankan atau tidak (lihat kembali kutipan diatas). Misal, kembali ke hubungan A dan B. Masing-masing dari A dan B tentu memiliki hubungan dengan orang lain di luar hubungan mereka sekarang ini, A dan C atau B dan D. Jika hubungan dengan orang lain itu ternyata lebih baik dan lebih memuaskan dari hubungan mereka yang sekarang (A dan B) bisa jadi hubungan mereka retak.
 
 
Dan untuk mengetahui seperti apa hubungan anda, terdapat 6 tipe hubungan dibawah ini;

Six Typologies of Relationship
Relative Value of Outcome, CL, and CL alt
State of the relationship
Outcome > CL > CL alt
Satisfactory, stable, and interdependence
Outcome > CL alt  > CL
Satisfactory, stable, and,
independence
CL alt  > CL > Outcome
Unsatisfactory, broken, and love to stay in other relationship
CL alt  > Outcome > CL
Satisfactory, unstable, and feel better to stay in other relationship
CL > CL alt  > Outcome
Unsatisfactory, broken
CL > Outcome > CL alt
More unsatisfactory but gratify, interdependence, and cannot broken

CL        : Comparison Level
CL alt     : Comparison Level for Alternatives

Terakhir, silahkan dianalisa sendiri bagaimana hubungan anda dengan pasangan anda dengan elemen-elemen yang telah saya jelaskan diatas. semoga bermanfaat.


 
Sumber:
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Thibaut, J.W and H.H Kelley. The Social Psychology of Groups. New York: John Wesley & Sons, 1959.
Gumilar Center, Social Exchange Theory. Accessed on May 29, 2008, http://www.gumilarcenter.com/Makalah/SocialExchangeTheory.pdf
 
 
 
 

TEORI DISONANSI KOGNITIF



Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.

Disonansi adalah sebutan ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. Brown menyatakan teori ini memungkinkan dua elemen untuk melihat tiga hubungan yang berbeda satu sama lain. Mungkin saja konsonan (consonant), disonansi (dissoanant), atau tidak relevan (irrelevan).

Hubungan konsonan(consonant relationship) ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan disonansi(dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang satu dengan lainnya

Hubungan tidak relevan(irrelevan relationship) ada ketika elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain. Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan.


Asumsi

Teori disonansi kognitif adalah menjelaskan mengenai keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. 4 asumsi dasar dari teori ini: Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.. Penjelasan: menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adalnya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka akan mencari konsistensi.

Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Penjelasan: berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sevaliknya teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis(dibandingkan tidak konsisten secara logis).

Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Penjelasan: menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi tercipta menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman.

Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi Penjelasan: untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia yang membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.


Sumber 
TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL - disusun oleh - ¨ Innas Hasna Haifa ¨ Rico A.L.Tuerah ¨ Miranti Octaviona ¨ Nadya Salma Zafirah ¨ Ochi Jayanti ¨ Raisha Khairunnisa ¨ Rumondang Rahel ¨ Clarinta Montmorency ¨ Rangga Bramanditya ¨ [ H u m a s B 2 0 0 9 ]

Contoh Kasus

 

 Benjamin Franklin adalah presiden Amerika Serikat ke-6, sebelumnya juga menjabat sebagai mentri keuangan pertama serta tokoh pendiri negara tersebut.

Temuan Benjamin Franklin
dalam suatu waktu pernah menyatakan bahwa dirinya pernah melecehkan salah satu anggota parlemen Pennsylvania, di lain kesempatan dilema itu datang, Franklin harus meminjam buku langka  yang dimiliki oleh anggota parlemen tersebut. Benjamin Franklin berupaya menenagkan dirinya, dan bertanya apakah dirinya dapat meminjam  buku tersebut, dan Franklin mengucapkan terima kasih.sejak itulah Benjamin Franklin dan anggotaparlemn tersebut bersahabat hingga anggota parlemen tersebut tutup usia.

Benjamin Franklin mengansumsikan bahwa apabila kita meminta bantuan kepada orang lain, dan mengucapkan terima kasih,  maka orang tersebut akan sedianya membantu kita untuk hal lain yang lebih besar di masa depan,  hal  ini jauh lebih baik dibangingkan kita menawarkan bantuan kepada mereka.

sumber gambar :
http://en.wikipedia.org/wiki/BenjaminFranklin

Teori  Dinsonansi Kognitif Pada The Benjamin Franklin Effects

Knox dan inkster (1979) mengatakan bahwa presepsi yang terjadi pada Benjamin Franklin pada saat itu merupakan salah satu bagian dari teori disonansi kognitif, yakni manusia  cendrung merubah sikap atau prilaku untuk menguasai atau menenagkan tensi atau disonansi terhadap pikiran, sikap, dan tindakan.

Penggunaan The Binjamin Effects

Dale Carnagie (1936) dalam bukunya ”How  to  Win  Friend  and  Influence  People”,  mengatakan  bahwa apabila  kita  meminta  bantuan  kepada  kolega  kita  itu  menunjukkan  bahwa  mereka  memilikiapa yang tidak kita miliki, dapat berupa kemampuan, keahlian, sumber daya atau apapun. hal tersebut merupakan sebuah cara untuk menjukan pengkuan, kekaguman, atau respek, sesuatu yang mungkin belum pernah mereka sadari dari diri kita sebelumnya. hal ini jua menumbuhkan opini mereka tentang kita dan membuat mereka membantu anda di lain kesempatan karena kebuutuhan untuk di kagumi dan mereka akan mulai menyukai atau cocok deengan anda.

Kesimpulan

kebutuhan tenang pertologan atau bantuan terasa sangat berarti bagi kita, namun kebutuhan akan pengakuan, perasaan dikagumi dan perasaan di butuhkan jauh lebih tinggi bagi oorang lain, hal ini yang dapat menyebabkanorangg dengan ikhlas dan sadar membantu sesuai dengan teori disonansi kognitif sebagai input seperti dilakukan oleh Benjamin Franklin, hal tersebut ditangkap secara sadar oleh resepiens sebagai sebuah penghargaan atass dirinya, maka persahabatan adalah outputnya.

sumber:
Referensi Carnegie,  Dale  (1964).  How  to  Win  Friend  and  Influence  People.  Copyright  renewed  by  Donna  Dale  Carnegie and Dorothy Carnegie. New York : Simon & Schuster. Jecker, J. & Landy, D. (1969). Liking a Person as Function of Doing Him a Favor. Human Relations. 22, pp.  371‐378.  Knox, R.E. & Inkster, J.A. (1968). Postdecision dissonance at Post Time.